Tongkat Yang Dapat Membelah Laut Merah Adalah Mukjizat Dari Nabi

Apakah menabrak kucing benar bikin sial atau hanya mitos belaka?

Bisnis.com, JAKARTA - Laut Merah dihubungkan dengan Laut Tengah melalui Terusan Suez untuk menjadi jalan alternatif logistik terceoat ke Eropa ke Asia. Berikut sejarah laut merah selengkapnya serta kisah Nabi Musa dengan laut merah.

Sebagai jalur logistik, Terusan Suez dan Laut Merah selalu dilewati banyak kapal-kapal logistik dari berbagai negara untuk mengirim barang.

Jalur ini pun tak luput dari berbagai konflik karena Laut Merah menjadi pembatas antara negara semenandung Arab dan Afrika. Secara geografis, Laut Merah terletak di negara Mesir, Sudan, Arab Saudi, Yaman, Yordania, Eritrea, dan Palestina.

Laut Merah juga seringkali disebut dengan Laut Teberau. Dirangkum dari laman Britannica, Laut Merah membentang sekitar 1.930 kilometer ke arah Tenggara dari terusan Suez, Mesir hingga Selat Bab el-Mandeb yang menghubungkan dengan Teluk Aden dan kemudian dengan Laut Arab.

Laut Merah selalu menampakkan perubahan warna yang disebabkan karena alga Trichodesmium erythraeum yang melimpah. Apabila alga ini mati, maka air laut ikut berubah menjadi coklat kemerahan.

Tongkat Berubah Menjadi Ular Besar

Tongkat milik Nabi Musa berubah menjadi ular dikisahkan oleh Allah dalam sejumlah ayat, yaitu Surah Al-Qashash ayat 31, Surah An-Nam ayat 10-11, dan Surah Thaha ayat 17-21.

Allah mengutus Nabi Musa kepada kaum yang mempunyai keahlian ilmu sihir. Pada kala itu, ilmu sihir meluas dan menjadi kebanggaan masyarakat Bani Israil. Dan Allah SWT memberi Musa mukjizat berupa kemampuan mengubah tongkat menjadi ular.

Suatu waktu, Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkatnya. Saat dilempar, tiba-tiba tongkat berubah menjadi ular besar, dan Musa pun ketakutan. Allah kemudian memerintahkan untuk mengambil ular itu, dan kembalilah menjadi tongkat yang biasa ia gunakan.

Ketika sedang mengajak kaumnya kepada jalan Allah, Firaun menentang ajarannya dan menyuruh tukang sihir untuk melawan Musa dengan tali dan tongkat yang seakan-akan menjadi. Allah memerintah Nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya, kemudian berubahlah menjadi ular besar yang menelan ular-ular buatan tukang sihir.

Mukjizat dan kisah Nabi Musa tercantum dalam Al-Qur'an

Melansir Tafsir Qashashi Jilid II oleh Syofyan Hadi dan buku Aqidah Akhlak, berikut sejumlah mukjizat Nabi Musa AS yang diceritakan dalam Al-Qur'an.

Kisah Nabi Musa AS Lahir

Musa AS lahir pada masa Fir'aun yang dalam sejarah merupakan masa paling bermuatan politik. Fir'aun merupakan salah satu kekuatan dominan di negeri tersebut. Bahkan ia menyebut dirinya sebagai dewa karena sangat kuat dan tidak ada yang bisa melawannya. Fir’aun membagi-baikan golongan kelas, membagi orang-orang ke dalam kelompok dan suku.

Orang-orang Yahudi, anak-anak Israel, ditempatkan pada tingkat terendah dari masyarakat Mesir. Mereka adalah budak dan pelayan. Keluarga Musa AS sendiri termasuk dari anak-anak Israel tersebut.

Konflik di Laut Merah

Terbaru, Laut Merah dipenuhi dengan konflik dan dinyatakan tidak aman karena terjadi baku tembak antara kelompok Houthi Yaman dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Houthi yang mendapat serangan dari AS dan Inggris kemudian mulai melancarkan serangan terhadap kapal-kapal asing. Kelompok ini juga menyerukan akan melakukan penyerangan terhadap mereka yang pro-Israel, sebagai bentuk solidaritas untuk Palestina.

Penyerangan terhadap kapal kargo tersebut pun dilakukan Houthi untuk meningkatkan biaya ekonomi bagi negara Yahudi agar pembantaian di Gaza berhenti. Sayangnya konflik yang terjadi menyebabkan pengiriman bahan baku hingga rantai pasok pun terganggu akibat konflik yang terjadi di Laut Merah.

Terbaru pihak Houthi mengaku akan bersikap lebih lunak dan menjanjikan keamanan bagi kapal milik China dan Rusia.

Laut Merah menjadi salah satu perairan besar yang penting dalam perdagangan maritim Mesir pada 2000-an SM. Kemudian pada 600 SM, bangsa Fenisia menjelajahi pantai Laut Merah dalam penjelajahan keliling Afrika.

Mereka disebut menggali kanal-kanal dangkal antara Sungai Nil dan Laut Merah.

Dalam sejarahnya pada 800 M, Khalifah Harun al-Rashid mengusulkan untuk membuat terusan yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah. Namun terusan ini baru terlaksana pembangunannya di masa pemerintahan diplomat Perancis Ferdinand de Lesseps pada 1869.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Ilyasa’ (as) adalah salah satu nabi Bani Israel. Nama lengkapnya adalah Yasa bin Akhthub ibn ash-Shakhuz, yang merupakan murid nNabi Ilyas (as) dan menjadi nabi setelahnya.

Banyak kisah telah diceritakan tentang dua nabi besar ini, seperti seorang wanita dari Bani Israel yang memiliki anak bernama Ilyaa’ bin Akhtub membawa Ilyas ke rumahnya untuk menyembunyikannya dari musuh; untuk berterima kasih kepadanya, Nabi Ilyas berdoa untuk putranya Ilyasa’ yang sakit parah, dan kondisi anak itu membaik dan penyakitnya hilang. Melihat keajaiban ini, Ilyasa’ percaya pada Nabi Ilyas dan terus bersamanya sejak saat itu.

Beberapa orang mengatakan bahwa Nabi Ilyasa’ memiliki hubungan keluarga dengan Nabi Ilyas dan mereka adalah sepupu, dan setelah kematian Nabi Ilyas, Ilyasa’ mengajak masyarakat orang untuk menyembah Allah swt.

Banyak mukjizat telah dimiliki Nabi Ilyasa’. Diantaranya adalah, bahwa dia juga berjalan di atas air seperti Nabi Isa (as), menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang yang menderita kusta.

Nama Ilyasa’ disebut dua kali dalam Alquran di dalam surah Al-An’am dan surah Shad. Dalam surah Al-An'am disebutkan bahwa ia adalah keturunan Nabi Ibrahim (as), tetapi tidak disebutkan apakah ia salah satu dari nabi bani israel atau bukan. Dan ia juga dipuji dalam surah Shad dan disebutkan dengan baik bersama dengan dua nabi "Ismail (as)" dan "Zulkifli (as)".

Di dalam Taurat dan Kitab Raja-Raja, nama nabi ini adalah Elisa bin Shafat; Arti Ilyasa’ dalam bahasa Ibrani adalah "penyelamat" dan arti dari Shafat adalah "hakim". Dia memiliki posisi yang tinggi dan penuh ketekunan.

Ketika Nabi Ilyasa’ ingin memilih pengganti untuk dirinya, dia berkata: Siapa pun dapat menerima tugas ini, dimana ia berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari dan tidak pernah marah saat menghakimi. Nabi Allah memberitahukan syarat ini kepada umatnya tiga kali, dan dalam tiga kali, pemuda yang tidak dihargai orang dan dianggap miskin, menerima syarat tersebut, dan pada hari ketiga Nabi Ilyasa’, memilihnya sebagai penggantinya dan ketika dia memenuhi janjinya, Allah memujinya dan menamainya dengan Dzulkifli.

Ada sebuah makam di Al-Awjam, semenanjung Arab sebelah timur di wilayah Syiah Arab, yang dikaitkan dengan Nabi Ilyasa’. Namun, makam ini telah hancur. Makam lain di Turki dikaitkan dengan Nabi Ilyasa’. (HRY)

Nabi Musa AS merupakan salah satu dari nabi yang perlu kita Imani dan kita pelajari. Nabi Musa AS termasuk ke dalam Ulul Azmi yang artinya memiliki mukjizat melalui kehendak Allah SWT.

Bisa dikatakan bahwa Nabi Musa AS adalah nabi dengan mukjizat yang banyak dan terkenal. Salah satu kisah mukjizatnya yang tersohor adalah ketika beliau membelah laut merah untuk menenggelamkan Firaun atas kehendak Allah SWT.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut adalah mukjizat dari Nabi Musa AS yang dikisahkan oleh Allah SWT melalui firmanNya dalam surah Al-Qur'an, yaitu:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mukjizat Nabi Musa AS

Kisah Nabi Musa AS melarikan diri ke Madyan

Tongkat Berubah Menjadi Ular

Mukjizat ini dikehendaki oleh Allah SWT ketika Nabi Musa AS melawan penyihir kerajaan milik firaun. Seperti dikisahkan dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 107, bunyinya:

فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌ(107 ۖ

Artinya: "Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata." (QS. Al-A'raf: 107)

Melalui tafsir quran kemenag dikisahkan bahwa Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya yang ada di tangan kanan ke hadapan firaun dan kaumnya. Seketika, tongkat tersebut melalui kekuasaan Allah SWT berubah menjadi ular raksasa yang bergerak dengan sangat cepat yang terlihat dengan mata kepala secara jelas.

Nabi Musa AS dikenal dengan salah satu mukjizatnya, yaitu bisa membelah lautan. Hal itu dilakukan saat ia berusaha menghindari kejaran Firaun dan tentaranya.

Hal ini menarik perhatian para peneliti. Mereka meneliti bagaimana cara Nabi Musa AS membelah lautan.

Dikutip dari detikInet, berdasarkan studi yang dilakukan National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado di Boulder, pemodelan komputer menunjukkan bahwa kombinasi angin timur yang kuat dan gelombang dapat menciptakan jembatan tanah kering.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Carl Drews dari NCAR, penulis utama studi tersebut, menyatakan bahwa simulasi komputer menunjukkan bahwa angin timur yang bertiup semalaman dapat mendorong air di pantai utara Mesir, membuka daratan lumpur yang memungkinkan orang-orang untuk berjalan melintas sebelum air kembali menutup.

Penelitian ini menggunakan data geografi kuno untuk merekonstruksi kemungkinan lokasi dan kedalaman saluran air delta Nil, menunjukkan bahwa angin dengan kecepatan 101 km per jam dapat menciptakan jembatan darat yang tinggi dan kering dalam waktu empat jam.

"Laut yang membelah bisa dimengerti melalui pergerakan air yang dinamis. Kekuatan angin menggerakkan air sesuai dengan hukum fisika, menciptakan areal yang aman dilewati dengan air di kedua sisi. Kemudian air kembali lagi ke tempatnya semula," ujar Drews.

Penelitian lain juga mengeksplorasi kemungkinan bahwa tsunami bisa menyebabkan Laut Merah mundur dan maju, namun hal ini tidak sesuai dengan deskripsi dalam kitab suci yang menyebutkan laut terbelah secara bertahap dalam semalam.

Mereka turut mengeluarkan hipotesis lokasi terjadinya mukjizat Nabi Musa AS yang membelah Laut Merah. Menurut periset, mukjizat mungkin terjadi di bagian Laut Merah yang terletak di utara Mesir. Wilayah tersebut kini dekat dengan Port Said, sebuah kota yang terletak di Mesir utara dan ujung Terusan Suez.

Sementara itu, sekelompok ilmuwan dari University of Leicester, Inggris menyebut peristiwa terbelahnya Laut Merah terjadi karena empat kondisi alam saat itu. Keempat kejadian alam itu meliputi gelombang negatif, angin timur, gelombang pasang surut, dan gelombang Rossby.

Kombinasi keempat faktor tersebut berjalan dengan sempurna yang berimbas terbelahnya laut sehingga Nabi Musa dan pengikutnya dapat menyeberangi lautan tanpa basah terkena air laut.

Hasil analisis peneliti menyebut fenomena meteorologi menjadi pemicu terjadinya keempat kondisi yang berujung pada fenomena ekstrem. Di mana angin yang sangat kuat bertiup terus-menerus sehingga bisa menurunkan permukaan air di suatu area sekaligus.

Tiupan kencang tersebut membuat air menumpuk melawan angin. Lalu terbelahlah laut sehingga Nabi Musa dan pengikutnya dapat menyeberangi lautan tanpa basah terkena air laut.

"Kondisi itu telah banyak didokumentasikan, termasuk di delta Sungai Nil pada abad ke-19 ketika angin kencang mendorong air setinggi sekitar lima kaki dan membuka sebuah lahan kering," kata Rebekah Garratt dan Rikesh Kunverji, para peneliti dalam laporannya bertajuk "How did God part the Red Sea?"

Meskipun penelitian tentang memberikan wawasan ilmiah, banyak yang tetap memandang peristiwa membelahnya Laut Merah sebagai mukjizat yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan, menekankan kepercayaan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi di balik peristiwa tersebut.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Ilmuwan Ungkap Cara Nabi Musa Belah Laut Merah Saat Dikejar Firaun

Selain bisa berubah menjadi ular, tongkat Nabi Musa juga dapat membelah lautan. Tentu atas kehendak Allah SWT. Mukjizat Nabi Musa ini terjadi saat dikejar oleh pasukan Firaun.

Nabi Musa mendapat perintah dari Allah SWT untuk keluar meninggalkan Mesir bersama Bani Israil. Mendengar kabar tersebut, Fir’aun kemudian mengutus orang-orang di daerah kekuasaannya yang bertugas untuk mengumpulkan prajurit-prajuritnya.

Saat itu, rombongan Nabi Musa sangat kecil dibandingkan dengan balatentara Firaun. Setelah pengejaran, Fir’aun dan bala tentaranya akhirnya dapat menyusul rombongan Musa pada waktu matahari terbit.

Pengikut-pengikut Nabi Musa mulai takut dan gusar. Namun, mereka ditenangkan oleh Nabi Musa bahwasanya Allah SWT bersama Nabi Musa dan ia telah mendapat petunjuk dari-Nya.

Allah SWT lantas memberi wahyu kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Nabi Musa pun segera memukulkan tongkat yang dibawanya ke lautan.

Seketika laut pecah terbelah menjadi 12 bagian. Tiap bagiannya seperti gunung yang besar, kanan-kirinya menjadi jalan yang bisa dilewati serta tidak basah. Kemudian Allah menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya keluar melintasi laut.

Setelah pengikut Nabi Musa paling akhir melintas keluar dari laut, barulah barisan awal pasukan Firaun memasuki laut. Fir’aun dan pasukannya segera memasuki belahan laut Merah itu, ketika seluruh pasukannya telah masuk dan berada di tengah-tengah lautan, Allah segera memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya kembali ke laut sehingga laut yang terbelah segera kembali seperti sedia kala.

Dengan demikian, tak ada seorang pun dari rombongan Firaun dapat menyelamatkan diri. Mereka hancur binasa ditelan lautan beserta kesombongan dan kekafiran mereka.

Allah berfirman, “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS Asy-Syu’ara: 65-67).

Itulah kisah mukjizat tongkat Nabi Musa saat melawan Firaun. Wallahu’alam.

VIVA Edukasi – Kisah Nabi Musa AS menjadi salah satu dari 25 kisah nabi yang memiliki banyak hikmah dan menjadi tauladan bagi umat muslim. Nabi Musa AS merupakan nabi yang namanya paling sering disebutkan dalam Alquran. Nabi Musa lahir pada zaman Fir'aun. Musa AS dicintai dan dihormati dalam agama Islam karena menjadi nabi sekaligus rasul. Umat muslim percaya pada semua Rasul Allah SWT dan Kitab Suci yang diturunkan kepada mereka. Dalam Alquran, Kisah Nabi Musa AS disebutkan dalam beberapa bagian.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa utusan Allah SWT diutus untuk menyampaikan pesan Allah SWT kepada para umatnya di dunia ini. Nabi Musa AS juga diutus kepada orang-orang Israel untuk membuat mereka menyembah Allah SWT dan diberikan kitab Taurat. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya, Kami telah menurunkan Taurat kepada Musa di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, yang dengannya para nabi, yang menyerahkan diri mereka kepada Kehendak Allah, menghakimi orang-orang Yahudi. Dan para rabi dan para imam juga menghakimi orang-orang Yahudi dengan Taurat karena kepada mereka dipercayakan perlindungan Kitab Allah, dan mereka menjadi saksinya.” (Alquran, 5:44)

Allah SWT mengatakan bahwa kisah Nabi Musa AS dan Firaun dalam Alquran adalah kebenaran. Ini adalah kisah konspirasi politik dan penindasan yang tidak mengenal batas. Dalam Alquran disebutkan,

“Kami membacakan kepadamu sebagian dari berita Musa dan Firaun dengan benar, untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun meninggikan dirinya di bumi dan membuat orang-orangnya sekte, melemahkan (menindas) sekelompok (yaitu Bani Israel) di antara mereka; membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan perempuan mereka hidup. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melakukan dosa besar dan kejahatan, penindas, tiran.” (Alquran, 28:3-4)

Setelah ini akan dijelaskan kisah Nabi Musa AS secara rinci dari awal kelahiran-Nya hingga bagaimana Musa AS dibesarkan di rumah Fir'aun dan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi dalam hidup-Nya.

Air Keluar Melalui Pukulan Tongkatnya

Mukjizat ini dikisahkan Allah SWT melalui firmanNya dalam Surah Al-Baqarah ayat 60, yaitu:

۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ(60

Artinya: "(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan." (QS. Al-Baqarah: 60)